KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah - Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis yang
berjudul “Bahan Pengawet”. Karya tulis ini kami buat dengan
tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah kimia dasar.
Pada kesempatan ini tak lupa kami ucapkan terimah kasih kepada kedua orang tua
kami, yang telah berjasa besar dan penuh pengorbanan serta selalu berdo’a dalam
memenuhi segala kebutuhan kami, sehingga kami sekses dalam menuntut ilmu untuk
kehidupan masa depan yang lebih baik.
Selanjutnya,
kami ingin menyampaikan penghargaan serta ucapan terima kasih kepada Ibu Nurul
dan Bapak Ismono selaku dosen mata kuliah kimia dasar, yang telah membimbing kami
dalam mempelajari mata kuliah kimia dasar.
Kami menyadari dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam isi, penyusunannya,
penyajian data, bahasa maupun sistematika pembahasannya. Oleh sebab itu kami
mengharapkan kritikan maupun saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaannya di masa yang akan datang.
Mudah-mudahan dengan adanya karya tulis ini sedikit
banyaknya dapat membawa manfaat kepada kita semua, dan juga dapat lebih
memudahkan dalam memehami materi yang dipelajari.
Surabaya, 29 Nopember 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pangan
secara umum bersifat mudah rusak (perishable), karena kadar air yang terkandung
di dalamnya sebagai faktor utama penyebab kerusakan pangan itu sendiri. Semakin
tinggi kadar air suatu pangan, akan semakin besar kemungkinan kerusakannya baik
sebagai akibat aktivitas biologis internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba
perusak. Kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan apakah makanan tersebut
masih pantas dikonsumsi, secara tepat sulit dilaksanakan karena melibatkan
faktor-faktor nonteknik, sosial ekonomi, dan budaya suatu bangsa. Idealnya,
makanan tersebut harus: bebas polusi pada setiap tahap produksi dan penanganan
makanan, bebas dari perubahan-perubahan kimia dan fisik, bebas mikroba dan
parasit yang dapat menyebabkan penyakit atau pembusukan. Banyak cara yang
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, seperti pemberian bahan-bahan kimia
yang bertujuan untuk membuat bahan makanan tersebut tahan lama. Bahan-bahan
yang digunakan untuk mengawetkan banyak sekali macam dan jenisnya mulai dari
yang alami hingga yang buatan. Ini erat hubunganya dengan materi yang kami
pelajari yaitu zat aditif yang masuk dalam bidang ilmu kimia. Pada makalah ini
akan dijelaskan lebih rinci pembahasan tentang bahan pengawet pada makanan.
Mulai macamnya, prinsip atau fungsinya, cara penggunaan, manfaat dan dampak
pemakaian pengawet, dan lain-lain.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui definisi dari bahan
pengawet
2. Untuk mengetahui macam-macam bahan
pengawet.
3. Untuk mengetahui manfaat dan
kegunaan bahan pengawet.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
PENGERTIAN
BAHAN PENGAWET
Bahan
pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat
proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain terhadap makanan yang
disebabkan oleh mikroorganisme.
B. TUJUAN PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET
Penambahan bahan pengawet pada
pangan bertujuan sebagai berikut.
1. Menghambat pertumbuhan mikroba
pembusuk pada pangan baik yang bersifat patogen maupun tidak patogen.
2. Memperpanjang umur simpan pangan.
3. Tidak menurunkan kualitas gizi,
warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang diawetkan.
4. Tidak untuk menyembunyikan keadaan
pangan yang berkualitas rendah.
5. Tidak digunakan untuk menyembunyikan
penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan.
6. Tidak digunakan untuk menyembunyikan
kerusakan pangan
C. MACAM-MACAM
BAHAN PENGAWET
1. Bahan
pengawet alami
a. Pengertian
bahan pengawet alami
Bahan
pengawet alami adalah bahan tambahan makanan yang tidak menggunakan bahan-bahan
kimia. Contohnya adalah garam, gula, karagenan,
buah picung, biji kepayang, gambir, dan chitosan.
b. Macam-macam
pengawet alami
a) Garam
Larutan garam yang dimasukkan ke dalam
jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab
pembusukan sehingga membuat makanan lebih awet. Prosesnya biasa disebut dengan
pengasinan atau penggaraman. Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya
simpan yang lebih lama dibandingkan dengan produk segarnya yang hanya bisa
bertahan selama beberapa hari atau jam. Contohnya ikan yang hanya tahan
beberapa hari, bila diasinkan dapat tahan selama berminggu – minggu. Tentu saja
prosedur pengawetan ini memerlukan perhatian karena konsumsi garam secara
berlebihan bisa memicu penyakit darah tinggi.
b) Karagenan
Keragenan
adalah bahan alami pembentuk gel yang dapat digunakan untuk mengenyalkan bakso
dan mie basah sebagai bahan alternatif yang aman pengganti boraks. Karagenan
dihasilkan dari rumput laut Euchema sp.
yang telah dibudidayakan di berbagai perairan Indonesia. Dijelaskannya bahwa
setiap 1 kilogram bakso membutuhkan 0,5-1,5 gram karagenan untuk
mengenyalkannya. Di pasaran, 0,5-1,5 gram karagenan dijual dengan harga
Rp750,00 sampai Rp900,00. Karagenan dalam industri sering dijadikan bahan
campuran kosmetik, obat-obatan, es krim, susu, kue, roti dan berbagai produk
makanan
c) Buah Picung
Pohon picung atau kluwak (dalam bahasa Jawa) banyak tersebar
di seluruh nusantara. Selain sebagai bumbu masak dapur, biji buah picung juga
bisa dimanfaatkan sebagai pengawet alami ikan segar. Kombinasi 2% biji buah
picung dan 2% garam dari total berat ikan telah mampu mengawetkan ikan kembung
segar selama 6 hari tanpa mengubah mutu. Normalnya, ikan kembung segar
yang disimpan di suhu kamar tanpa penambahan picung atau es hanya bisa bertahan
6 jam. Lebih dari itu, ikan tersebut akan busuk dan rusak. Seorang nelayan
untuk mempertahankan mutu ikan hasil tangkapannya membutuhkan es batu minimal 1
:1 berat ikan segar. Bila ikan yang ditangkap 50 kg, maka nelayan membutuhkan
es batu minimal 50 kg pula. Namun dengan memanfaatkan cacahan biji buah picung,
nelayan hanya membutuhkan 1 kg cacahan biji buah picung untuk 50 kg ikan segar
d) Biji
Kepayang
Pohon tanaman ini memiliki tinggi
hingga 40 m dengan diameter batang 2,5 m. Jika melihat uraian
diatas, maka dapat dikatakan tanaman ini tumbuh tersebar luas hampir di seluruh
Nusantara. Kepayang mulai berbuah di awal musim hujan pada umur 15
tahun dengan jumlah 300 biji di setiap pohonnya . Tanaman ini telah lama
digunakan sebagai bahan pengawet ikan. Untuk dapat memanfaatkannya sebagai
pengawet, terlebih dahulu biji dicincang halus dan dijemur selama 2-3 hari.
Hasil cincangan tanaman ini kemudian dimasukkan ke dalam perut ikan laut yang
telah dibersihkan isi perutnya. Cincangan biji kepayang memiliki efektivitas
sebagai pengawet ikan hingga 6 hari . Khusus untuk pengangkutan jarak jauh,
tanaman ini dicampur garam, dengan perbandingan 1 bagian garam dan 3 bagian
biji Kepayang.
e) Gambir
Tanaman gambir (Uncariae Romulus et
Uncus) di Indonesia, daun dan getahnya digunakan untuk bahan kelengkapan
untuk menyirih. Tanaman yang termasuk keluarga Rubiaceae ini
juga sering digunakan untuk obat luka bakar, sakit kepala, diare, disentri,
sariawan, dan sakit kulit, serta bahan tekstil. Secara alami para produsen
makanan sering menggunakan tanaman yang daunnya berbentuk bujur sangkar dengan
permukaan licin ini untuk pengawet makanan. Pasalnya, dalam daun ini terdapat
sebuah kandungan katekin yang dapat mengawetkan makanan dari kerusakan akibat
mikroorganisme dan degradasi reaksi oksidasi (penyebab basi).
f) Chitosan
Chitosan dihasilkan dari chitin dan mempunyai struktur kimia
yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat
molekul yang tinggi. Perbedaan antara kitin dan kitosan adalah pada setiap
cincin molekul kitin terdapat gugus asetil (-CH3-CO) pada atom
karbon kedua, sedangkan pada kitosan terdapat gugus amina (-NH). Kitosan dapat
dihasilkan dari kitin melalui proses deasetilasi yaitu dengan cara direaksikan
dengan menggunakan alkali konsentrasi tinggi dengan waktu yang relatif lama dan
suhu tinggi.
g) Air ki
Air ki merupakan salah satu bahan pengawet alami yang
menggunakan bahan dasar jerami. Cara penggunaannya cukup sederhana. Jerami
dibakar hingga menjadi abu, lalu abu jerami dimasukkan ke dalam wadah yang
diberi air dan rendam sekitar 1 sampai 2 jam. Selanjutnya disaring sehingga
sisa pembakaran jerami tidak bercampur dengan air. Air sisa pembakaran jerami
inilah yang disebut air ki. Air ki mengandung antiseptik yang dapat membunuh
kuman, dengan pemberian air ki, makanan dapat bertahan lebih lama seperti pada
mie basah yang mampu bertahan sampai dua hari.
h) Kunyit
Kunyit dapat digunakan sebagai pengawet makanan karena berfungsi sebagai antibiotik, antioksidan, antibakteri, anti radang dan antikanker. Kunyit basah kandungan utamanya adalah kurkuminoid 3-5 %. Sedangkan pada kunyit ekstrak, kandungan kurkuminoid mencapai 40-50%. Untuk penggunaan kunyit disarankan agar tidak melalui pemanasan, terkena cahaya dan lingkungan yang basah. Sebaiknya kunyit ditumbuk, digiling dan diperas airnya.
Kunyit dapat digunakan sebagai pengawet makanan karena berfungsi sebagai antibiotik, antioksidan, antibakteri, anti radang dan antikanker. Kunyit basah kandungan utamanya adalah kurkuminoid 3-5 %. Sedangkan pada kunyit ekstrak, kandungan kurkuminoid mencapai 40-50%. Untuk penggunaan kunyit disarankan agar tidak melalui pemanasan, terkena cahaya dan lingkungan yang basah. Sebaiknya kunyit ditumbuk, digiling dan diperas airnya.
2. Bahan
pengawet buatan
a. Pengertian
bahan pengawet sintesis
Bahan pengawet sintesis
adalah bahan tambahan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia yang bermanfaat
agar bahan-bahan yang ada di sekitar kita bisa lebih tahan lama atau awet
sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
b. Macam-macam
bahan pengawet sintesis
1) Sodium benzoat, pengawet ini
berfungsi mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri dalam makanan. Biasanya
terdapat dalam buah atau bumbu di dalam makanan yang berbentuk bubuk putih
seperti garam tapi tidak memiliki bau.
2) Sodium nitrit, pengawet ini berfungsi
mencegah produksi bakteri dalam jenis daging tertentu sehingga daging terlihat
lebih merah atau pink dan tidak cepat berubah warna menjadi coklat. Pengawet
ini berbentuk serbuk berwarna kekuningan.
3) Kalium (pottasium) sorbate, pengawet
ini berfungsi menahan produksi ragi dan jamur dalam makanan. Biasa digunakan
dalam pembuatan roti, kue, pie, keju, mayonnaise atau bisa juga di dalam
minuman.
4) Natrium sorbate, pengawet ini
berfungsi menghentikan produksi bakteri, kapang dan jamur serta membantu menghilangkan
rasa dan bau tidak enak dalam makanan. Biasa digunakan dalam minuman anggur,
keju dan saus.
5) Kalsium
Benzoat
Bahan pengawet
ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri,
spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan
makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol,
yaitu seperti aroma obat cair.
6) Asam
benzoat
digunakan untuk
mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan
asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi
orang yang peka terhadap aspirin. Kalsium Benzoat bisa memicu terjadinya
serangan asma.
7) Sulfur Dioksida (SO2)
Bahan pengawet
ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering, sirup
dan acar. Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut berisiko
menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik,
kanker dan alergi.
8) Kalium nitrit
Kalium nitrit
berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang singkat.
Sering digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna
merah agar tampak selalu segar, semisal daging kornet. Jumlah nitrit yang
ditambahkan biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan. Untuk nitrat
0,2% atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah tersebut bisa menyebabkan
keracunan, selain dapat mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke
berbagai organ tubuh, menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia,
radang ginjal, dan muntah-muntah.
9) Kalsium Propionat atau Natrium Propionat
Keduanya yang
termasuk dalam golongan asam propionat sering digunakan untuk mencegah
tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk produk
roti dan tepung. Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum yang disarankan
adalah 0,32% atau 3,2 gram/kg bahan. Sedangkan untuk makanan berbahan keju,
dosis maksimumnya adalah 0,3% atau 3 gram/kg bahan. Penggunaaan melebihi angka
maksimum tersebut bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur.
10) Natrium
Metasulfat
Sama dengan
Kalsium dan Natrium Propionat, Natrium Metasulfat juga sering digunakan pada
produk roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan alergi pada
kulit.
11) Asam
Sorbat
Beberapa produk
beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah dan produk minuman kerap ditambahkan
asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat
perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan asam sorbat (mg/l) dalam makanan
berturut-turut adalah sari buah 400; sari buah pekat 2100; squash 800; sirup
800; minuman bersoda 400.
12) Natamysin
Bahan yang kerap
digunakan pada produk daging dan keju ini, bisa menyebabkan
mual, muntah,
tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit.
13) Kalium
Asetat
Makanan yang
asam umumnya ditambahi bahan pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini diduga
bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal.
14) Butil
Hidroksi Anisol (BHA)
Biasanya
terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, keripik kentang, pizza,
dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa menyebabkan penyakit hati
dan memicu kanker.
15) Sulfur (belerang) dioksida, pengawet
ini berbentuk bubuk yang bila dilarutkan dalam air dapat menghentikan proses
pemasakan buah, mengubah susunan kimiawi yang dapat mengubah rasa dari buah.
Biasanya ditemukan dalam anggur, cuka dan beberapa jenis jus buah seperti jus
jeruk atau jus apel.
16)
Formalin (Formaldehyde solution) adalah suatu larutan yang tidak berwarna,
berbau tajam yang mengandung lebih kurang 37 % formaldehit dalam air, biasanya
ditambahkan mineral 10-15 % sebagai pengawet. Nama lain formalin adalah
Formal, Morbicid, Methanol, Formic aldehyde, Methyl oxide, Oxymethylene, Methyl
aldehyde, Oxomethane, Formalin, Oxomethane, Karsan, Methylene glycol,
Paraforin, Polyoxymethylene glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene dan
Trioxane. Menurut Food and Drugs Administration (FDA), keamanan suatu
pengawet makanan harus mempertimbangkan jumlah yang mungkin dikonsumsi dalam
jumlah zat yang akan terbentuk dalam makanan dari penggunaan pengawet, efek
akumulasi dari pengawet dalam makanan dan potensi toksisitas yang dapat
terjadi dari pengawet jika dicerna oleh manusia atau hewan, termasuk potensi
menyebabkan kanker.
D. JENIS-JENIS
PENGAWETAN MAKANAN
1. Alamiah
a) Pendinginan
Pendiginan adalah penyimpanan bahan pangan di
atas suhu pembekuan bahan yaitu -2 sampai +10 0 C. Cara pengawetan dengan suhu
rendah lainya yaitu pembekuan. Pembekuan adalah penyimpanan bahan pangan dalam
keadaan beku yaitu pada suhu 12 sampai -24 0 C. Pembekuan cepat (quick
freezing) di lakukan pada suhu -24 sampai -40 0 C. Pendinginan biasanya dapat
mengawetkan bahan pangan selama beberapa hari atau minggu tergantung pada macam
bahan panganya, sedangkan pembekuan dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa
bulan atau kadang beberapa tahun. Perbedaan lain antara pendinginan dan
pembekuan adalah dalam hal pengaruhnya terhadap keaktifan mikroorganisme di
dalam bahan pangan. Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat
membunuh bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya di keluarkan dari
penyimpanan dan di biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri
pembusuk kemudian berjalan cepat kembali. Pendinginan dan pembekuan
masing-masing juga berbeda pengaruhnya terhadap rasa, tekstur, nilai gizi, dan
sifat-sifat lainya. Beberapa bahan pangan menjadi rusak pada suhu penyimpangan
yang terlalu rendah.
b)
Pengeringan
Pengeringan adalah suatu cara untuk
mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan
sebagian besar air yang dikandung melalui penggunaan energi panas. Biasanya,
kandungan air bahan tersebut dikurangi sampai batas sehingga mikroorganisme
tidak dapat tumbuh lagi di dalamya. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi
lebih awet dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan
menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan, berat bahan juga menjadi berkurang
sehingga memudahkan transpor, dengan demikian di harapkan biaya produksi
menjadi lebih murah. Kecuali itu, banyak bahan-bahan yang hanya dapat di pakai
apabila telah di keringkan, misalnya tembakau, kopi, the, dan biji-bijian. Di
samping keuntungan-keuntungannya, pengeringan juga mempunyai beberapa kerugian
yaitu karena sifat asal bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya
bentuknya, sifat-sifat fisik dan kimianya, penurunan mutu dan sebagainya.
Kerugian yang lainya juga disebabkan beberapa bahan kering perlu pekerjaan
tambahan sebelum dipakai, misalnya harus di basahkan kembali (rehidratasi)
sebelum di gunakan. Agar pengeringan dapat berlangsung, harus diberikan energi
panas pada bahan yang dikeringkan, dan diperlukan aliran udara untuk
mengalirkan uap air yang terbentuk keluar dari daerah pengeringan. Penyedotan
uap air ini dapat juga di lakukan secara vakum. Pengeringan dapat berlangsung
dengan baik jika pemanasan terjadi pada setiap tempat dari bahan tersebut, dan
uap air yang diambil berasal dari semua permukaan bahan tersebut. Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengeringan terutama adalah luas permukaan benda, suhu
pengeringan, aliran udara, tekanan uap di udara, dan waktu pengeringan.
c)
Pengemasan
Pengemasan merupakan bagian dari suatu
pengolahan makanan yang berfungsi untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan
mekanis, perubahan kadar air.Teknologi pengemasan perkembangan sangat pesat khususnya
pengemas plastik yang dengan drastis mendesak peranan kayu, karton, gelas dan
metal sebagai bahan pembungkus primer. Berbagai jenis bahan pengepak seperti
tetaprak, tetabrik, tetraking merupakan jenis teknologi baru bagi berbagai jus
serta produk cair yang dapat dikemas dalam keadaan qaseptiis steril.
Sterilisasi bahan kemasan biasanya dilakukan dengan pemberian cairan atau uap
hydrogen peroksida dan sinar UV atau radiasi gamma. Jenis generasi baru bahan
makanan pengemas ialah lembaran plstik berpori yang disebut Sspore 2226,
sejenis platik yang memilki lubang – lubang . Plastik ini sangat penting
penngunaanya bila dibandingkan dengan plastic yang lama yang harus dibuat
lubang dahulu. Jenis plastic tersebut dapat menggeser pengguanaan daun pisang dan
kulit ketupat dalam proses pembuatan ketupat dan sejenisnya.
d) Pengalengan
Namun, karena dalam pengalengan makanan digunakan sterilisasi
komersial (bukan sterilisasi mutlak), mungkin saja masih terdapat spora atau
mikroba lain (terutama yang bersifat tahan terhadap panas) yang dapat merusak
isi apabila kondisinya memungkinkan. Itulah sebabnya makanan dalam kaleng harus
disimpan pada kondisi yang sesuai, segera setelah proses pengalengan selesai.
Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak
secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya)
dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh
semua mikroba patogen (penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara
hermetis memungkinkan makanan dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar
air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa.
e)
Penggunaan bahan kimia
Bahan pengawet dari bahan kimia berfungsi membantu mempertahankan
bahan makanan dari serangan makroba pembusuk dan memberikan tambahan rasa
sedap, manis, dan pewarna. Contoh beberapa jenis zat kimia : cuka, asam asetat,
fungisida, antioksidan, in-package desiccant, ethylene absorbent, wax emulsion
dan growth regulatory untuk melindungi buah dan sayuran dari ancaman kerusakan
pasca panen untuk memperpanjangkesegaran masam pemasaran. Nitogen cair sering
digunakan untuk pembekuan secara tepat buah dan sayur sehinnga dipertahankan
kesegaran dan rasanya yang nyaman. Suatu jenis regenerasi baru growth substance
sintesis yang disebut morfaktin telah ditemuakan dan diaplikasikan untuk
mencengah kehilangan berat secara fisiologis pada pasca panen, kerusakan karena
kapang, pemecahan klorofil serta hilangnya kerennyahan buah. Scott dkk (1982)
melaporkan bahwa terjadinya browning, kehilangan berat dan pembusukan buah leci
dapat dikurangi bila buah – buahan tersebut direndam dalam larutan binomial
hangat (0,05%, 520C ) selama 2 menit dan segera di ikuti dengan pemanasan PVC
(polivinil klorida ) dengan ketebalan 0,001 mm.
f)
Pemanasan
Penggunaan panas dan waktu dalam proses pemanasan bahan pangan
sangat berpengaruh pada bahan pangan. Beberapa jenis bahan pangan seperti
halnya susu dan kapri serta daging, sangat peka terhadap susu tinggi karena
dapat merusak warna maupun rasanya. Sebaliknya, komoditi lain misalnya jagung
dan kedelai dapat menerima panas yang hebat karena tanpa banyak mengalami
perubahan. Pada umumnya semakin tinggi jumlah panas yang di berikan semakin
banyak mikroba yang mati. Pada proses pengalengan, pemanasan di tujukan untuk
membunuh seluruh mikroba yang mungkin dapat menyebabkan pembusukan makanan
dalam kaleng tersebut, selama penanganan dan penyimpanan. Pada proses
pasteurisasi, pemanasan di tujukan untuk memusnahkan sebagian besar mikroba
pembusuk, sedangkan sebagian besar mikroba yang tertinggal dan masih hidup
terus di hambat pertumbuhanya dengan penyimpanan pada suhu rendah.
2.
Kimiawi
a) Teknik fermentasi
Fermentasi bukan hanya berfungsi sebagai
pengawet sumber makanan, tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan. Salah satumya
fermentasi dengan menggunakan bakteri laktat pada bahan pangan akan menyebabkan
nilai pH pangan turun di bawah 5.0 sehingga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri fekal yaitu sejenis bakteri yang jika dikonsumsi akan menyebabkanakan
muntah-muntah, diare, atau muntaber. Bakteri laktat (lactobacillus) merupakan
kelompok mikroba dengan habitat dan lingkungan hidup sangat luas, baik di
perairan (air tawar ataupun laut), tanah, lumpur, maupun batuan. tercatat
delapan jenis bakteri laktat, antara lain Lacobacillus acidophilus, L
fermentum, L brevis,dll
Asam laktat yang dihasilkan bakteri dengan nilai pH (keasaman) 3,4-4 cukup untuk menghambat sejumlah bakteri perusak dan pembusuk bahan makanan dan minuman. Namun, selama proses fermentasi sejumlah vitamin juga di hasilnhkan khususnya B-12. Bakteri laktat juga menghasilkan lactobacillin (laktobasilin), yaitu sejenis antibiotika serta senyawa lain yang berkemampuan menontaktifkan reaksi kimia yang dihasilkan oleh bakteri fekal di dalam tubuh manusia dan bahkan mematikannya , Senyawa lain dari bakteri laktat adalah NI (not yet identified atau belum diketahui). NI bekerja menghambat enzim 3-hidroksi 3-metil glutaril reduktase yang akan mengubah NADH menjadi asam nevalonat dan NAD. Dengan demikian, rangkaian senyawa lain yang akan membentuk kolesterol dan kanker akan terhambat. Di beberapa kawasan Indonesia, tanpa disadari makanan hasil fermentasi laktat telah lama menjadi bagian di dalam menu makanan sehari-hari. Yang paling terkenal tentu saja adalah asinan sayuran dan buah-buahan. Bahkan selama pembuatan kecap, tauco, serta terasi, bakteri laktat banyak dilibatkan. Bekasam atau bekacem dari Sumatera bagian Selatan, yaitu ikan awetan dengan cara fermentasi bakteri laktat, bukan saja merupakan makanan tradisional yang digemari, tetapi juga menjadi contoh pengawetan secara biologis yang luas penggunaannya.
Asam laktat yang dihasilkan bakteri dengan nilai pH (keasaman) 3,4-4 cukup untuk menghambat sejumlah bakteri perusak dan pembusuk bahan makanan dan minuman. Namun, selama proses fermentasi sejumlah vitamin juga di hasilnhkan khususnya B-12. Bakteri laktat juga menghasilkan lactobacillin (laktobasilin), yaitu sejenis antibiotika serta senyawa lain yang berkemampuan menontaktifkan reaksi kimia yang dihasilkan oleh bakteri fekal di dalam tubuh manusia dan bahkan mematikannya , Senyawa lain dari bakteri laktat adalah NI (not yet identified atau belum diketahui). NI bekerja menghambat enzim 3-hidroksi 3-metil glutaril reduktase yang akan mengubah NADH menjadi asam nevalonat dan NAD. Dengan demikian, rangkaian senyawa lain yang akan membentuk kolesterol dan kanker akan terhambat. Di beberapa kawasan Indonesia, tanpa disadari makanan hasil fermentasi laktat telah lama menjadi bagian di dalam menu makanan sehari-hari. Yang paling terkenal tentu saja adalah asinan sayuran dan buah-buahan. Bahkan selama pembuatan kecap, tauco, serta terasi, bakteri laktat banyak dilibatkan. Bekasam atau bekacem dari Sumatera bagian Selatan, yaitu ikan awetan dengan cara fermentasi bakteri laktat, bukan saja merupakan makanan tradisional yang digemari, tetapi juga menjadi contoh pengawetan secara biologis yang luas penggunaannya.
b) Teknik Iradiasi
Iradiasi adalah proses aplikasi radiasi energi
pada suatu sasaran, seperti pangan. Menurut Maha (1985), iradiasi adalah suatu
teknik yang digunakan untuk pemakaian energi radiasi secara sengaja dan
terarah. Sedangkan menurut Winarno et al. (1980), iradiasi adalah teknik
penggunaan energi untuk penyinaran bahan dengan menggunakan sumber iradiasi
buatan. Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan
pangan adalah radiasi elektromagnetik yaitu radiasi yang menghasilkan foton
berenergi tinggi sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi
pada materi yang dilaluinya. Jenis iradiasi ini dinamakan radiasi pengion,
contoh dan gelombang radiasi pengion adalah radiasi partikel Contoha, belektromagnetik digunakan
gradiasi
pengion yang disebut terakhir ini paling banyak (Sofyan, 1984; Winarno et al.,
1980).
Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60) dan 137Cs (caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel bermuatan listrik. Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap makanan. Menurut Hermana (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan. Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen. Keamanan pangan iradiasi merupakan faktor terpenting yang harus diselidiki sebelum menganjurkan penggunaan proses iradiasi secara luas. Hal yang membahayakan bagi konsumen bila molekul tertentu terdapat dalam jumlah banyak pada bahan pangan, berubah menjadi senyawa yang toksik, mutagenik, ataupun karsinogenik sebagai akibat dari proses iradiasi.
Dua jenis radiasi pengion yang umum digunakan untuk pengawetan makanan adalah : sinar gamma yang dipancarkan oleh radio nuklida 60Co (kobalt-60) dan 137Cs (caesium-37) dan berkas elektron yang terdiri dari partikel-pertikel bermuatan listrik. Kedua jenis radiasi pengion ini memiliki pengaruh yang sama terhadap makanan. Menurut Hermana (1991), dosis radiasi adalah jumlah energi radiasi yang diserap ke dalam bahan pangan dan merupakan faktor kritis pada iradiasi pangan. Seringkali untuk tiap jenis pangan diperlukan dosis khusus untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kalau jumlah radiasi yang digunakan kurang dari dosis yang diperlukan, efek yang diinginkan tidak akan tercapai. Sebaliknya jika dosis berlebihan, pangan mungkin akan rusak sehingga tidak dapat diterima konsumen. Keamanan pangan iradiasi merupakan faktor terpenting yang harus diselidiki sebelum menganjurkan penggunaan proses iradiasi secara luas. Hal yang membahayakan bagi konsumen bila molekul tertentu terdapat dalam jumlah banyak pada bahan pangan, berubah menjadi senyawa yang toksik, mutagenik, ataupun karsinogenik sebagai akibat dari proses iradiasi.
E. DAMPAK
POSITIF DAN NEGATIF PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET
1. Dampak
Positif
a) Agar
makanan atau minuman yang diberi bahan pengawet lebih tahan lama.
b) Melindungi
makanan dari bakteri atau jamur.
c) Agar
makanan atau minuman tetap terlihat segar.
d) Agar
baud an rasa makanan maupun minuman tersebut tidak berubah.
2. Dampak
Negatif
a) Kalium nitrit dapat menyebabkan
keracunan apabila digunakan secara berlebihan. Selain itu zat ini dapat
menimbulkan anemia, sesak nafas, sakit kepala, dan radang ginjal.
b) Kalium propionat dapat menimbulkan
migren dan kesulitan tidur apabila digunakan secara berlebihan.
c) Di dalam tubuh, natamysin ini juga
bersifat toksin atau racun sehingga bahan pengawet ini dilarang untuk
dicampurkan ke dalam produk makanan atau minuman baik sedikit maupun banyak.
Natamysin dapat menimbulkan gangguan pencernaan yang menyebabkan orang tersebut
mual dan muntah-muntah dan dapat menimbulkan luka pada selaput kulit.
d) Kalium asetat juga merupakan racun
bila masuk ke dalam tubuh. Untuk memperoleh rasa asam, makanan atau minuman
umumnya ditambahi pengawet ini. Kalium asetat dapat menyebabkan rusaknya fungsi
ginjal karena zat ini sulit dikeluarnkan oleh ginjal.
e) BHA merupakan pengawet semacam
antioksidan sintetis. Pengawet ini digunakan untuk menghindari makanan dari
rasa tengik (warna dan rasa berubah) akibat makanan teroksidasi oksigen. BHA
dapat menjadi karsinogen penyebab kanker apabila dikonsumsi berlebih.
f) Asam benzoate apabila digunakan
secara berlebihan dapat menghambat enzim pencernaan untuk sementara waktu dan
menurunkan kadar glisin. Selain itu zat ini juga dapat mengganggu pernafasan
khususnya pada penderita asma.
g) Dalam jangka pendek (akut) bila tertelan
formalin ,maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menekan,
mual, muntah dan diare, dapat terjadi pendarahan, sakit perut hebat, sakit
kepala, hipotensi, (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma.
Disamping itu ,formalin menyebabkan kerusakan jantung, hati, otak, limpa,
pankreas, sistem saraf pusat dan ginjal. Jangka panjang (kronik), mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung formalin, efek
sampingnya terjadi akumulasi formalin dalam tubuh. Timbul iritasi pada saluran
pernafasan, muntah, sakit kepala, rasa terbakar pada tenggorokan, dan rasa
gatal di dada. Pada hewan percobaan dapat menyebabkan kanker sedangkan pada
manusia diduga bersifat karsinogen (menyebabkan kanker). Berdasarkan temuan patologis,
formaldehid merusak jaringan dan menyusutkan selaput lendir, juga merusak hati,
ginjal, jantung dan otak.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
· Pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
· Bahan pengawet alami adalah bahan tambahan makanan yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Contoh bahan pengawet alami adalah garam, gula, karagenan, buah picung, biji kepayang, gambir, dan chitosan.
· Bahan pengawet sintesis adalah bahan tambahan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia yang bermanfaat agar bahan-bahan yang ada di sekitar kita bisa lebih tahan lama atau awet sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Contohnya Sodium benzoate, Natrium sorbate, Kalium nitrit dll
·Dalam penggunaan pengawet terdapat dampak positif dan dampak negatif.
· Pengawet adalah bahan yang dapat mencegah atau menghambat fermentasi, pengasaman atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
· Bahan pengawet alami adalah bahan tambahan makanan yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Contoh bahan pengawet alami adalah garam, gula, karagenan, buah picung, biji kepayang, gambir, dan chitosan.
· Bahan pengawet sintesis adalah bahan tambahan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia yang bermanfaat agar bahan-bahan yang ada di sekitar kita bisa lebih tahan lama atau awet sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Contohnya Sodium benzoate, Natrium sorbate, Kalium nitrit dll
·Dalam penggunaan pengawet terdapat dampak positif dan dampak negatif.
DAFTAR
PUSTAKA
Sugiarto,
Bambang. 2010. Kimia untuk Pendidikan
Sains. Surabaya: Unesa Unipress
http://www.scribd.com/doc/93342497/ZAT-PENGAWET Diakses pada tanggal 28 November 2012
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17779/4/Chapter%20II.pdf Diakses pada tanggal 28 November 2012
Karyadi, Benny. 1996. Kimia 2 Untuk Sekolah Menengah Umum 2.
Jakarta : Balai Pustaka
Nita. Zat aditif pada pewarna
makanana. http://nitatheexplorer.wordpress.com/2011
/05/03/zat-aditif-pada-makanan Diakses pada tanggal 28 November 2012
Artikelnya bagus dan menarik dapat menambah wawasan. Termakasih infonya :D
BalasHapusTerimaksih atas formasinya
BalasHapus