Sabtu, 13 Desember 2014

Sifat Protoplasma






MAKALAH SIFAT – SIFAT PROTOPLASMA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kehidupan Tingkat Sel




Disusun oleh:
1.      Nova Diarni Sofi Maranti            (12030654014)
2.      Nindy Silvia Melyasari                 (12030654022)



UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
2014





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Protoplasma
Protoplasma merupakan bagian yang hidup dari sel. Sel merupakan segumpal protoplasma. Sehingga protoplasma tidak lain adalah sel itu sendiri. Protoplasma bersifat fluid ( cair kental dan tidak mengalir ). Protoplasma pada semua sel terdiri atas dua komponen utama, yaitu air dan komponen anorganik / komponen organik. Ukuran - ukuran partikel yang terlarut dalam protoplasma berkisar antara 0,001 sampai 0,1 mikron. Senyawa organik yang menyusun matriks (Protoplasma berbentuk cair) seperti karbohidarat, protein dan lemak berupa suspensi (ukuran lebih besar dari 0,1 mikron), sedangkan ion-ion yang berukuran lebih kecil dari 0,001 mikron berupa larutan murni.
Komponen-komponen anorganik terdiri atas air, garam-garam mineral, gas oksigen, karbon dioksida, nitrogen, dan ammonia. Komponen organik terutama terdiri atas karbohidrat, lipida, protein, dan beberapa komponen-komponen spesifik seperti enzim, vitamin, dan hormon
Pada sel hewan dan tumbuhan, protoplasma mengandung sekitar :
1.    75-85% air,
2.    10-20% protein
3.    2-3% lipida
4.    1% karbohidrat
5.    dan 1% zat-zat anorganik lainnya (De Robertis et al., 1975).
Dan bila semua senyawa senyawa organik itu diurai menjadi unsur unsurnya maka terlihat Carbon, Hidrogen , Oksigen dan Nitrogen ( CHON) merupakan empat unsur utama yang ada di dalam protoplasma / Unsur Makro.
Air merupakan komponen sel yang dominan berfungsi sebagai  bahan pengsuspensi zat -zat organik dengan molekul besar seperti protein, lemak, dan pati. Dalam hal tersebut, air merupakan medium dispersi dari sistem koloid protoplasma.


B.     Sifat – Sifat Protoplasma
Sebagai koloid Protoplasma memiliki sifat – sifat antara lain :

1)         Tidak Tersaring
Protoplasma memiliki sifat tidak tersaring, maksudnya partikel – partikel yang tersebar di dalam protoplasma dalam bentuk koloid tidak dapat dipisahkan dari fase selanjutnya dengan menggunakan kertas saring pada umumnya. Protoplasma dapat mengalami perubahan kekentalan dari fase sol ke fase gel dan sebaiknya. Bila kadar air tinggi koloid berbentuk sol, bila kadar air rendah koloid berbentuk gel. Kemampuan protoplasma mengalami fase sol atau gel menyebabkan protoplasma dapat mengembang mengkerut, misalnya pada gerakan amoeba.

2)      Memperlihatkan Efek Tyndal
Protoplasma memiliki sifat memperlihatkan efek tyndal, maksudnya partikel – partikel yang tersebar di dalam protoplasma dapat memantulkan cahaya yang mengenai partikel tersebut bila disinari dengan sinar lampu listrik pada suatu ruang yang gelap. Akibatnya apabila protoplasma disorot dengan seberkas cahaya, maka tampak cahaya tersebut menembus larutan atau protoplasma tersebut. Larutan koloid protoplasma dapat memantulkan cahaya bila arah datang sinar tepat mengenai sistem koloid.

Gambar 2.1 Contoh efek Tyndall. Tabung kiri berwarna kuning adalah larutan, sedang sebelah kanan adalah koloid. Perhatikan bahwa seberkas cahaya akan memendar bila dilewatkan pada suatu larutan koloid. ( sumber : http://garismerahanakbangsa.blogspot.com )
3)      Memperlihatkan gerak Brown
Partikel-partikel koloid protoplasma selalu bergerak bebas ke segala arah. Gerakan partikel-partikel ini disebut gerak Brown yaitu gerak dari molekul-molekul ( partikel ) protoplasma yang tidak beraturan yang disebabkan oleh adanya molekul air. Gerak ini ditemukan pertama kali oleh Robert Brown tahun 1827, seorang ahli botani dari Scotlandia. Ia meneliti di dalam suatu larutan koloid. Adanya gerak Brown menyebabkan berpencarnya partikel-partikel koloid ke seluruh bagian sel sehingga transportasi zat-zat dapat terjadi. Gerak Brown pada protoplasma kecepatannya tergantung pada besarnya partikel  ( ukuran partikel ) dan temperature protoplasma.
Semakin kecil ukuran partikel koloid(protoplasma), semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.


                                Gambar 2.3 Gerak Brown ( sumber : http://sistemkoloid.tripod.com )

4)      Memperlihatkan viskositas
Secara fisis, protoplasma mempunyai viskositas yang bervariasi, viskositas itu sendiri dapat diartikan sebagai kekentalan. Sebenarnya istilah “kekentalan” tidak dapat mengartikan istilah “viskositas” secara tepat, tetapi istilah itulah yang paling mendekati makna sebenarnya. Karena viskositasnya relatif rendah, air mudah mengalir ke seluruh bagian ruang antarsel di dalam tubuh hewan. Kandungan air yang cukup tinggi dalam darah/cairan tubuh hewan menyebabkan aliran darah berlangsung lancar. Viskositas itu tergantung pada densitas (kerapatan) partikel yang ada didalamnya dan tergantung pada suhu. Pada suhu tinggi, protoplasma mempunyai viskositas rendah. Viskositas protoplasma pada suatu bagian sel dapat berbeda dari bagian yang lain. Keadaan ini dapat dilihat antara lain pada sel amoeba. Bagian luar sitoplasma amoeba (ektoplasma) memiliki viskositas yang lebih tinggi dari bagian dalam (endoplasma). Hal ini memungkinkan amoeba dapat bergerak menggunakan kaki semu atau pseudopodia. 

5)      Kemampuan menggumpal
Partikel-partikel yang tersebar dalam protoplasma mempunyai muatan yang sama, akibat dari saling tolak yang berkelanjutan menyebabkan partikel-partikel tidak dapat dapat mengendap dan keadaan ini mempertahankan stabilitas koloid. Jika ion atau partikel koloid dibuat berlawanan muatan listriknya, akibatnya bersifat netral, akibat selanjutnya partikel-partikel dalam sistem koloid akan menggumpal. Proses penggumpalan ini disebut koagulasi. Koagulasi itu sendiri artinya adalah proses perubahan cairan atau larutan menjadi gumpalan-gumpalan lunak baik secara seluruhan ataupun hanya sebagian. Atau dengan kata lain, koagulasi adalah proses penggumpalan suatu cairan atau larutan sehingga terbentuk padatan lunak ataupun keras seperti gel.






DAFTAR PUSTAKA

Isnaeni, wiwi Drs.2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Keunisius
Suparno, Gatot dkk. 2012. Kehidupan Tingkat Sel. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya

4 komentar:

  1. Artikelnya bagus dan menarik dapat menambah wawasan. Termakasih infonya :D

    BalasHapus
  2. Wah, bermanfaat sekali ini buat nyelesaiin tugas. Makasih udah berbagi. Keep posting!

    BalasHapus
  3. weew..artikelnya bagus.... menambah referensi dan sangat membantu.good job (y)

    BalasHapus
  4. artikelnya bermanfaat gan, bisa sebagai sumber rujukan untuk tugas kuliah :D keep update ya!

    BalasHapus