MAKALAH SIFAT – SIFAT
PROTOPLASMA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Kehidupan
Tingkat Sel
Disusun oleh:
1. Nova Diarni Sofi Maranti (12030654014)
2. Nindy Silvia Melyasari (12030654022)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
IPA
2014
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Protoplasma
Protoplasma
merupakan bagian yang hidup dari sel. Sel merupakan segumpal protoplasma.
Sehingga protoplasma tidak lain adalah sel itu sendiri. Protoplasma bersifat
fluid ( cair kental dan tidak mengalir ). Protoplasma pada semua sel terdiri
atas dua komponen utama, yaitu air dan komponen anorganik / komponen organik. Ukuran
- ukuran partikel yang terlarut dalam protoplasma berkisar antara 0,001 sampai
0,1 mikron. Senyawa organik yang menyusun matriks (Protoplasma berbentuk cair)
seperti karbohidarat, protein dan lemak berupa suspensi (ukuran lebih besar
dari 0,1 mikron), sedangkan ion-ion yang berukuran lebih kecil dari 0,001
mikron berupa larutan murni.
Komponen-komponen anorganik terdiri
atas air, garam-garam mineral, gas oksigen, karbon dioksida, nitrogen, dan
ammonia. Komponen organik terutama terdiri
atas karbohidrat, lipida, protein, dan beberapa komponen-komponen spesifik
seperti enzim, vitamin, dan hormon
Pada sel hewan dan tumbuhan,
protoplasma mengandung sekitar :
1. 75-85% air,
2. 10-20% protein
3. 2-3% lipida
4. 1% karbohidrat
5. dan 1% zat-zat anorganik lainnya (De
Robertis et al., 1975).
Dan bila semua senyawa senyawa
organik itu diurai menjadi unsur unsurnya maka terlihat Carbon, Hidrogen ,
Oksigen dan Nitrogen ( CHON) merupakan empat unsur utama yang ada di dalam
protoplasma / Unsur Makro.
Air merupakan
komponen sel yang dominan berfungsi sebagai
bahan
pengsuspensi zat -zat organik dengan molekul besar seperti protein, lemak, dan
pati. Dalam hal tersebut, air merupakan medium dispersi dari sistem koloid
protoplasma.
B.
Sifat
– Sifat Protoplasma
Sebagai koloid Protoplasma
memiliki sifat – sifat antara lain :
1)
Tidak
Tersaring
Protoplasma
memiliki sifat tidak tersaring, maksudnya partikel – partikel yang tersebar di
dalam protoplasma dalam bentuk koloid tidak dapat dipisahkan dari fase
selanjutnya dengan menggunakan kertas saring pada umumnya. Protoplasma dapat
mengalami perubahan kekentalan dari fase sol ke fase gel dan sebaiknya. Bila
kadar air tinggi koloid berbentuk sol, bila kadar air rendah koloid berbentuk
gel. Kemampuan protoplasma mengalami fase sol atau gel
menyebabkan protoplasma dapat mengembang mengkerut, misalnya pada gerakan
amoeba.
2)
Memperlihatkan
Efek Tyndal
Protoplasma memiliki sifat
memperlihatkan efek tyndal, maksudnya partikel – partikel yang tersebar di
dalam protoplasma dapat memantulkan cahaya yang mengenai partikel tersebut bila
disinari dengan sinar lampu listrik pada suatu ruang yang gelap. Akibatnya
apabila protoplasma disorot dengan seberkas cahaya, maka tampak cahaya tersebut
menembus larutan atau protoplasma tersebut. Larutan koloid protoplasma dapat
memantulkan cahaya bila arah datang sinar tepat mengenai sistem koloid.
Gambar 2.1 Contoh efek Tyndall. Tabung kiri berwarna kuning adalah
larutan, sedang sebelah kanan adalah koloid. Perhatikan bahwa seberkas cahaya
akan memendar bila dilewatkan pada suatu larutan koloid. ( sumber : http://garismerahanakbangsa.blogspot.com )
3) Memperlihatkan gerak Brown
Partikel-partikel
koloid protoplasma selalu bergerak bebas ke segala arah. Gerakan
partikel-partikel ini disebut gerak Brown yaitu gerak dari
molekul-molekul ( partikel ) protoplasma yang tidak beraturan yang disebabkan
oleh adanya molekul air. Gerak ini ditemukan pertama kali oleh Robert Brown
tahun 1827, seorang ahli botani dari Scotlandia. Ia meneliti di dalam suatu
larutan koloid. Adanya gerak Brown menyebabkan berpencarnya partikel-partikel
koloid ke seluruh bagian sel sehingga transportasi zat-zat dapat terjadi. Gerak
Brown pada protoplasma kecepatannya tergantung pada besarnya partikel ( ukuran partikel ) dan temperature protoplasma.
Semakin kecil ukuran partikel koloid(protoplasma), semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian
pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang
terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan
dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat
(suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi
suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki
partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
4)
Memperlihatkan viskositas
Secara fisis, protoplasma mempunyai viskositas yang
bervariasi, viskositas itu sendiri dapat diartikan sebagai kekentalan.
Sebenarnya istilah “kekentalan” tidak dapat mengartikan istilah “viskositas”
secara tepat, tetapi istilah itulah yang paling mendekati makna sebenarnya.
Karena viskositasnya relatif rendah, air mudah mengalir ke seluruh bagian ruang
antarsel di dalam tubuh hewan. Kandungan air yang cukup tinggi dalam
darah/cairan tubuh hewan menyebabkan aliran darah berlangsung lancar. Viskositas itu
tergantung pada densitas (kerapatan) partikel yang ada didalamnya dan tergantung pada suhu. Pada
suhu tinggi, protoplasma mempunyai viskositas rendah. Viskositas protoplasma pada suatu bagian sel dapat
berbeda dari bagian yang lain. Keadaan ini dapat dilihat antara lain pada sel
amoeba. Bagian luar sitoplasma amoeba (ektoplasma) memiliki viskositas yang
lebih tinggi dari bagian dalam (endoplasma). Hal ini memungkinkan amoeba dapat
bergerak menggunakan kaki semu atau pseudopodia.
5) Kemampuan menggumpal
Partikel-partikel
yang tersebar dalam protoplasma mempunyai muatan yang sama, akibat dari saling
tolak yang berkelanjutan menyebabkan partikel-partikel tidak dapat dapat
mengendap dan keadaan ini mempertahankan stabilitas koloid. Jika ion atau
partikel koloid dibuat berlawanan muatan listriknya, akibatnya bersifat netral,
akibat selanjutnya partikel-partikel dalam sistem koloid akan menggumpal. Proses penggumpalan ini
disebut koagulasi. Koagulasi itu sendiri artinya adalah proses perubahan cairan atau larutan menjadi
gumpalan-gumpalan lunak baik secara seluruhan ataupun hanya sebagian. Atau
dengan kata lain, koagulasi adalah proses penggumpalan suatu cairan atau larutan
sehingga terbentuk padatan lunak ataupun keras seperti gel.
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni,
wiwi Drs.2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Keunisius
Suparno,
Gatot dkk. 2012. Kehidupan Tingkat Sel.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya
Artikelnya bagus dan menarik dapat menambah wawasan. Termakasih infonya :D
BalasHapusWah, bermanfaat sekali ini buat nyelesaiin tugas. Makasih udah berbagi. Keep posting!
BalasHapusweew..artikelnya bagus.... menambah referensi dan sangat membantu.good job (y)
BalasHapusartikelnya bermanfaat gan, bisa sebagai sumber rujukan untuk tugas kuliah :D keep update ya!
BalasHapus